Rabu, 15 Juli 2015

Harap yang Kadang Tak Terungkap

Lanjutan dari tulisan Bunga,

Pernah berkata seorang akhwat,
"Yan, kenalin dong sama temenmu. Kan temenmu banyak jilbab lebar gitu."
Tiba-tiba orang itu berkata seperti itu.
Beliau memang masih tampil 'kayak gitu'. 
Tapi dari kata-katanya menyimpan harapan yang tak terungkap.

Pernah suatu ketika, saat saya masih begajulan,
datang ke sebuah pengajian,
namun yang ada malah tatapan tak mengenakkan,
memang mungkin penampilan masih kurang meyakinkan,
namun saya datang untuk belajar wahai kawan...

'Mereka' pun sesungguhnya ingin bertaubat,
tapi bukannya mencoba tuk mendekat,
namun kenapa Anda malah melaknat?

Teringat sebuah nasehat:
Jangan pernah menilai seseorang dengan melihat masa lalunya. Betapa banyak diantara kita yang memiliki masa lalu yang kelam, jauh dari sunnah, jauh dari hidayah, tenggelam dalam dunia yang menipu, terombang-ambing dalam kemaksiatan yang nista.
Bukankah banyak sahabat radhiallahu 'anhum yang dahulunya pelaku kemaksiatan, peminum khomr, bahkan pelaku kesyirikan? Akan tetapi tatkala cahaya hidayah menyapa hati mereka, jadilah mereka generasi terbaik yang pernah ada di atas muka bumi ini.
Bisa jadi anda salah satu dari mereka para ikhwan/akhwat yang memiliki masa lalu yang kelam. Yang mungkin saja kebanyakan orang tidak mengetahui masa lalu kelam Anda. Sebagaimana Anda tidak ingin orang lain menilai Anda dengan melihat masa lalu kelam Anda. Maka janganlah Anda menilai orang lain dengan melihat masa lalunya yang buruk.
Yang menjadi patokan adalah kesudahan seseorang. Kondisinya tatkala akan meninggal. Bukan masa lalunya. Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda "Amalan-amalan itu tergantung akhirnya"
(Ustadz Firanda Andirja)
Ada seorang muslimah dikenal, yang dulunya tidak berjilbab, lalu perlahan berjilbab 'biasa', lalu perlahan menjadi berjilbab lebar syar'i, dan sekarang berjilbab syar'i plus bercadar.

Ada seorang muslim dikenal, yang dulunya isbal, lalu beberapa lama perlahan melipat kain celananya, dan sekarang sudah memotong bagian bawah celananya hingga tidak isbal lagi.

Ada seorang muslimah dikenal, yang dulunya masih suka joget-jogetan, celana panjang ketat dan jilbab modis, tapi semakin kesini, semakin berpakaian longgar sopan, jilbab semakin syar'i, lagu-lagu ditinggalkan dan makin gemar membersamai Qur'an.

Ada seorang muslim dikenal, yang dulunya suka jepret jepret jelalatan, juga pacaran, namun semakin kesini, meninggalkan, menggantinya dengan kitab dan Quran, dan semakin rajin mempelajari peninggalan-peninggalan ulama-ulama luar biasa sepanjang zaman.

dsb.

Luarnya saja?

Alhamdulillah, tidak.

Semakin kesini, mereka semakin baik dari penampilan, ilmu, dan akhlak.

Yang dulunya mungkin dikenal dengan ahli maksiat, perlahan memperbaiki menjadi insan yang menyejukkan bila dipandang.

Saya percaya adanya proses menuju kebaikan.

Sedikit demi sedikit, namun kontinu, itu lebih menenangkan.
Mulailah dari diri sendiri, dari yang kecil, dari sekarang.

Semoga engkau akan menjadi lebih baik, saat kita bertemu lagi kelak.

Kamu berproses kan?

Selama kita masih hidup, pintu taubat masih terbuka, dan Allah Ta'ala akan mengampuni segala dosa, meski dosa kita bagai buih di lautan.

Syaratnya? Hanya perlu taubatan nasuha. Taubat dengan sesungguh-sungguhnya taubat. Taubat dengan kesungguhan hati.

Bertaubat, selagi masih belum terlambat.

Dan bantulah mereka-mereka yang ingin menjadi lebih baik. Siapa tau, darinya Anda akan mendapat hujan pahala yang tak pernah terputus.

Semoga Allah Ta'ala berikan taufik dan hidayahNya.
Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Bangil, 28 Ramadhan 1436 H

Bersambung

0 komentar:

Posting Komentar