Rabu, 30 Juli 2014

Sepenggal Waktu di Papuma

Pantai Tanjung Papuma (foto diambil dari sini)

Kaki ini terpaku, pasir menenggelamkan sebatas tumit. Air laut bergulung menepi. Lembut menyentuh jemari kaki. Lalu pergi membawa kembali apa yang diberikannya. Menyisakan jejak-jejak yang tak ada. 

Sisa waktu jatuh berdegum di bulir-bulir pasir. Pingsan dan tak bicara lagi. Dongeng akan kehebatan sebuah persahabatan dan cerita-cerita di lontar-lontar rapuh, hari ini aku baca kembali. 

Angin telah memaksa air bergemuruh membantai tepian pasir. Senja tak lagi berpantun dengan malam. Mungkin separuh bulan yang terlahap batara kala terpasung di balik sepasukkan awan. 

Dan aku, serta mitos sebuah kenangan adalah nyata, berdiri sendiri, disini bersama sapuan ombak yang terburu-buru pulang ke lautan.

Minggu, 27 Juli 2014

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435H

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Saya atas nama Ryan W. Januardi (Koh Ryan)
Memohon maaf lahir dan batin atas segala kesalahan saya selama ini baik secara sengaja maupun tidak sengaja, yang eksplisit maupun yang implisit, yang terlupa sampai yang selalu diingat

jazaakumullah khair wa baarakallahu fiikum

poto: Bismillah, 
Mohon maaf lahir dan batin atas segala kesalahan saya selama ini baik secara sengaja maupun tidak sengaja, yang eksplisit maupun yang implisit, yang terlupa sampai yang selalu diingat..

jazaakumullah khair wa baarakallahu fiikum

Ryan W. Januardi, beberapa tahun in syaa' Allah lagi berkeluarga

Kamis, 24 Juli 2014

Rahasia

Salah satu sisi lain Kota Bangil, senja di Desa Satak, Bangil
(source: Kota Bangil)

Saya sampai di kota ini dengan bau tanah sehabis hujan. Wangi menyejukkan meski ada hal yang saya kurang suka pada kota ini, lalu lintas yang mengerikan di jalan raya, bahkan menurut saya lebih ngeri dari Ibu Kota

Pada kota ini tempat yang kudatangi tanpa beban karena tak ada kenangan buruk yang terilustrasi disini. Ketenangan dan kesejukkan yang berlomba di pikiranku. Kota yang menyederhanakan pikiran karena tujuan saya hanya Rumah, tempat papa, mama, dan adikku menghabiskan waktu.

Begitu ringan saya melangkah di kota ini, tidak ada rutinitas yang menghimpit, tidak ada kenangan buruk yang menguras perasaan. Disini hanya tertinggal kenangan lucu saat remaja, ringan dan selalu dapat ditertawakan. Ini rahasiaku, kota ini, tempat saya 'menyembunyikan ' diri. Kota ini benar-benar rahasia indahku.

Dengan ringan kakiku melangkah, memberhentikan mobil jemputan menuju rumah yang sekarang terasa sangat jauh dari hingar bingar Ibu Kota. Disini saya merasa aman dan tenteram.

Salah satu sisi lain Kota Bangil, di Desa Satak
(source: Kota Bangil)

Selalu dengan wajah senyum saya datang ke kota ini. Senyum yang saya peruntukkan untuk kedua orang tuaku, mereka yang masih dapat kuberikan senyum hangat di dunia ini.

Matahari mulai beranjak dari langit kota ini, menyisakan samar-samar sinar yang mulai diambil alih oleh bulan dan bintang.

“Assalamu'alaykum” kuketuk pintu rumah
“Eh udah nyampe Yan!”
Ku ulurkan tangan untuk menyalaminya dan mencium tangannya.
“Sehat-sehat Pa, Ma?”

Bangil, 24 Juli 2014

Sabtu, 19 Juli 2014

Kita Pernah Tertawa Sahabat...

Telah kita lalui bersama beberapa waktu lalu melewati pahit manisnya hidup. Telah kita lalui bersama beberapa waktu lalu memuntahkan kegelisahan hati kita bersama. Telah kita lalui bersama beberapa waktu lalu membangkitkan kembali semangat kita.

Bersama kami pernah terlibat begitu banyak tawa. Bersama kami pernah terlibat begitu banyak canda. Bersama kami saling berkeluh kesah. Bersama kami telah saling menyemangati.

Tersadar pun oleh diri ini. Dunia tak berhenti pada suatu titik kebersamaan. Ada kalanya tali itu mengendur hingga saling terjauhkan. Ada kalanya tali itu saling mengerat hingga tak terpisahkan.

Saat saya jauh, tidak pernah saya sebut mereka bukan temanku lagi. Saat saya bersama kehidupan saya yang lain, tetap saya nyatakan mereka temanku. Teman yang memang begitu adanya. Tak kucela dia karena memang dia telah begitu. Tak kuhina dia karena memang dia begitu. Terkadang perkataannya menyakiti tapi kubiarkan karena kusebut dia teman. Terkadang polah tingkahnya mengganggu dan mengusik, tapi kubiarkan karena aku tak ingin mengubah dia. Kubiarkan mereka terbang kesana kemari dalam kehidupan pertemananku. Kubiarkan mereka menjadi dirinya dihadapanku. Tak ada sedikitpun niat untuk menggantikan sosok mereka dengan teman yang lain. Tak ada sedikitpun niat untuk mengubah mereka dengan sifat yang baru.

Tapi segala sesuatu itu ada masanya. Segalanya ada waktunya...

Teman...
Raih impianmu, jadilah yang terbaik bagi dirimu sendiri, keluarga, kerabat, lingkungan sekitar, serta bangsa dan negara

Uraikan senyummu dari hati, geraikan tawamu dengan makna, bahwa kau sedang bahagia.

Teman...
Ingatlah selalu aku disini..

Semangat dan Sukses! Semoga mendapatkan hasil terbaik untuk UAS nya, naik tingkat 3 bersama, dan wisuda bersama. #54TetapUtuh

Mohon maaf apabila selama ini ada salah ucap dan sikap baik sengaja maupun tidak sengaja. Selamat menikmati liburan panjangnya, teman.
***
Dedicate to all of my dearest friend, especially 2F.

Koh Ryan
Jakarta, H-5 sebelum liburan ke kampung halaman

Ciao~

Selasa, 08 Juli 2014

Syukur

Menelisik cerita seorang kawan. Ada satu dua dan tiga hal yang bisa saya serap. Menurut saya itu baik. Menurut saya juga itu sebuah pembenahan. Berbenah diri mungkin itu benang merah. Lalu kenapa saya harus berbenah diri. Apa ada yang salah selama ini dari diri saya? Mungkin ada mungkin tidak. Toh saya hanya sesuatu yang disebut manusia. 

Tidak ada yang bisa disempurnakan hanya karena teranggap makhluk yang paling tinggi derajatnya. Bukan jaminan untuk mengisi kuota makhluk calon penghuni surga.

Seorang kawan, setengah jalan lolos dari cobaan terberat dalam hidupnya. Bisa hidup selamanya namun bisa saja terbaring selamanya. Tapi nasib bicara lain. Dia masih bisa bertutur tentang apa yang dinamakan bersyukur. 

Mengubah dirinya menjadi sesuatu yang disebut manusia untuk lebih menghargai nyawa dan hidup. Saya paksa lepas dari percobaan membayangkan nasib itu jatuh ke hidup saya. 

Tapi tidak percobaan itu selalu datang dan menggumpal di otak dan di hati. Menciptakan tatanan alur cerita yang belum tentu saya sanggup menopangnya. Benar bahwa Allah takkan memberikan cobaan di luar kemampuan makhluk-Nya. Hal itu yang saya cekal sebagai acuan untuk menentukan nasib hidup saya sendiri.

Lalu apa yang bisa saya timba dari cerita seorang kawan tersebut. Yaitu bersyukur, bersyukur untuk apa-apa yang sudah saya terima. Namun persoalan memberi itu yang jarang sekali saya lakukan. 

Bukan tidak ada kesempatan, tapi mengabaikkan kesempatan itu hanya karena atas nama rutinitas. Mungkin kelak suatu hari, saya ingin sekali menaikkan grafik kualitas hidup saya. Setidaknya walau sedikit, tapi bisa mengobati rindu akan hidup yang memiliki kualitas.

Senin, 07 Juli 2014

Perubahan?

Tidak semua, yang ikut membelok. Ada yang bertahan atas nama kesederhanaan dan percaya diri. Namun konsekuensi mesti dihadapi, menemukan ruang kosong tanpa isi. Tapi ini bukan kesendirian. Hanya belum ada keinginan untuk terlibat dan menstruktur dengan balok-balok pola hidup. Belum waktunya, mungkin. Atau memang tidak ingin ada waktu untuk itu. 

Entahlah semua jatuh pada seucap kata "pilihan". Yah, benar "pilihan" adalah mesin penjawab ketika tidak ada lagi pilihan. Sangat efektif, sedikit persuasif namun efektif pengaruhnya terhadap kualitas keputusan.

Mungkin inilah yang disebut perubahan. Ada kalanya dipaksa maju. Namun ada kalanya maju itu menjadi kemunduran. Dan bisa jadi membawa sesuatu yang jauh lebih maju dan memberi ilmu, tinggal bagaimana cara memegang kemudinya. Tapi apapun bentuk narasi, deskripsi logiknya pasti ada sisi terbaik yang nyaman untuk sekadar telanjang bulat.

Karena kita manusia..

Selasa, 01 Juli 2014

Selamat Malam Pagi Hari...

Di dalam ruangan itu kamu hanya mampu terpekur diam. Entah apa yang menghujam hatimu, otakmu dan jiwamu. Semuanya datang dan enggan hengkang. Berjejal memaksa untuk melelahkan logika. Udara yang masuk ke rongga-rongga itu menyesakkan. Tarik nafas dalam tak juga melenyapkan aral. Inilah sebuah Ruang, Waktu dan Alur yang kamu tetapkan sebagai titik tolak melambai masa depan.

Ruang..
Saya hanya bisa terdiam ketika beberapa mata itu menelanjangi umurku. Memang saya masih muda. Jalanku pernah saya ukur, dan tidak berubah masih panjang. Masih ada ujung dimana saya akan berteriak ke belakang dan mengumpat kalo saya takkan pernah kalah. 

Namun inilah saya disini. Di sebuah pelataran realitas yang mau tidak mau harus saya lakoni perannya. Dan mereka, yah mereka boleh berujar apapun berbicara apapun dan mungkin kalo bisa mengumpat apapun. 

Tapi perlu saya ingatkan ke dua kaki ini masih kokoh meminggul beban ini. Ke dua tangan ini masih kuat mengepal dan mampu membuat pingsan semua persoalan. Hati dan keyakinanku masih terpatri hebat hanya untuk menatap kembali mata kalian yang dijejali berjuta pertanyaan. Dan Perut ini biarkan dia hidup. Karena saya memang inginkan ini.

Saya bukan korban. Saya seorang pemenang. Saya masih mampu tuk melangkah, sekalipun plakat kesalahan sekali-kali datang dan menampar, tapi saya tetap bertahan. Ingat saya masih mampu bertahan. 

Waktu..
Silih berganti jalinan detik dan frame bergelayut melatari hari-hariku. Berbagai pilihan datang dan pergi. Semua menghendaki keputusan. Semua bicara tentang kepentingan. Semua berkelakar tentang pengharapan.

Namun bisa kan membiarkan saya tuli sejenak? Biarkan saya diam dan berpikir, kemana harus saya bobol kebodohan dan logika yang saling bertumbukan di otakku.

Di waktu kala itu. Mungkin saya hanyalah tubuh. Yah, hanyalah tubuh. Menjelma menjadi tubuh. Jiwaku saya biarkan bersenggama dengan keadaan. 

Dan tak jauh dari sepersekian detik cahaya. Akhirnya saya berada di tepian. Sendiri tanpa gandeng tangan. Memilih melihatmu tunggang langgang tergopoh-gopoh menyandang cacat kemanusiaan. 

Yah, jemari-jemari ini mencoba meranggai ujung tebing. Sekuat tenaga menarik tubuhku yang terpelanting keras divubin-ubin jelaga. Jemariku, saya percayakan tekadku kepadamu. Entah esok pagi itu indah atau kelam, saya masih percaya embun itu masih cerah oleh rinai udara pagi. Saya percaya saya mampu.. 

Alur..
Biarkan ini menjadi pertanyaanku esok hari...
selamat malam pagi hari...