Senin, 23 Maret 2015

Menerima Diri Sendiri

Sebagian dari mereka bilang, salah satu hal yang sulit dilakukan adalah mau menerima diri sendiri. Segala yang kita miliki, kelebihan hingga kekurangan. Memang bukan sesuatu yang mudah, terutama ketika kita selalu merasa kurang dan kurang.

Rumput tetangga, selalu terlihat lebih hijau. Katanya. Seandainya saya bisa seperti dia. Seandainya saya ini. Seandainya saya itu. Seandainya dan seandainya lainnya.

Sekarang, saya mengerti maksud mereka, tentang mau menerima diri sendiri. Segala keadaan yang kita rasakan sekarang, adalah hasil dari usaha kita. Allah tidak pernah menyulitkan makhluknya. Saya percaya itu. Dan, apapun yang ada sekarang,itu adalah yang terbaik dari usaha yang telah kita lakukan. Jika ingin keadaan yang lebih baik, maka berusahalah lebih baik lagi. Fair kan?

Jika orang lain bisa melebihi kita, itu hanya pandangan dari satu sisi kita saja. Sebenarnya, masih banyak sisi lain dari mereka yang tidak pernah kita lihat. Kalau saya jadi mereka, tentu saja saya tidak akan menunjukkan betapa susahnya bisa berada di titik sekarang ini. Makanya, kata orang Jawa, orang itu cuma bisa sawang sinawang. Yang kelihatan aja yang enak, tapi dibalik itu ada banyak rintangan yang harus dilewati. Jadi kesimpulannya? Semua orang pasti melewati suatu proses “nggak enak” untuk mencapai hidupnya yang sekarang. Jadi? Nggak perlu iri, dengki, hasad!

(Pantai Utara Karangampel, Indramayu)
Seterjal apapun jalannya, tetap hadapi!

Dan, lihat betapa Allah sudah memberikan kesempurnaan yang seimbang dalam diri kita. Melihat ke bawah sesekali, juga tidak ada salahnya. Malah, lebih seringlah melihat ke bawah ketika kita merasa kurang. Karena, masih banyak di luar sana yang hidupnya lebih kekurangan dari kita. Proses pembelajaran itulah yang terus ditempa agar kita mau menerima diri sendiri. 

Kadang, waktu mendewasakan kita terlalu cepat tentang pelajaran bersyukur. Kata Ustadz Arifin Badri -hafidzahullah-, "Jadilah orang yang selalu cerdas dalam menyikapi setiap keadaan. Di saat mendapat kenikmatan, lihatlah orang yang ada dibawah Anda, agar nikmat tersebut semakin terasa nikmat. Di saat ditimpa kesusahan, lihatlah orang yang lebih susah dibanding Anda, agar kesusahan itu berubah dan terasa nikmat. Inilah kunci hidup bahagia. Sederhana, bukan?"

Tambahan dari saya, terimalah keadaannya. Nikmati, sabar, syukur, dan semangat dalam menjalani hidup!

0 komentar:

Posting Komentar