Senin, 20 Juli 2015

Dunia Anda dan Dunia Mereka

Bismillaah, 

Sebuah tulisan berdasarkan atas kisah nyata teman-teman di sekitar saya,

Ada seorang pemuda, teman-teman di kampusnya kadang mengejeknya kurus. Dia sering berpuasa. Kepada temannya ia hanya tersenyum, mereka tidak tahu jika seringnya ia berpuasa, karena ia tak memiliki uang untuk makan.

Ada seorang pemuda, teman-teman di sekolahnya kadang mengejeknya bau. Kepada temannya ia hanya tersenyum, mereka tidak tahu jika bau itu sebab ia seharian membantu ibundanya berjualan di pasar, dan tak banyak koleksi kaus atau parfum di lemarinya.

Ada seorang pemuda, teman-teman di kampusnya kadang mengejeknya karena belum kunjung menikah. Padahal kalau dilihat umurnya seharusnya sudah waktunya. Kepada temannya ia hanya tersenyum, mereka tidak tahu jika ada beban hutang dan kondisi keuangan keluarganya yang harus ditanggung olehnya.

Kondisi tiap orang itu berbeda. Ada yang dari lahir sudah Allah anugerahkan hidup bak raja, namun lebih banyak yang dianugerahkan kehidupan yang menuntutnya benar-benar berjuang untuk dapat sekadar hidup. Tak tega rasanya ketika kawan-kawan saya seperti itu, apalagi yang giat belajar ilmu agama diperlakukan demikian.

Mereka kadang hanya tersenyum kepada temannya, bukan karena mereka tak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, tapi mereka tak mau teman-teman lainnya tahu dan ikut susah dengan kondisinya. Mereka memilih diam, dan tersenyum, hingga bahkan meski dalam ejekan, mereka hanya mengucapkan:

"Jazakallahu khairan katsiran"

Semoga Allah limpahkan kebaikan melimpah kepadamu

Mereka tak akan minta belas kasihan Anda, mereka lebih meminta pada Rabb Semesta Alam. Mereka yang sudah merasakan bagaimana hidup di titik bawah, biasanya akan lebih dewasa jika menemukan kondisi serupa pada orang lainnya.

Tidak seorangpun ingin diejek kala orang tua dan istrinya sakit atau anaknya kecelakaan. Maka agar tidak terjadi, jangan tertawakan orang yang Anda lihat sedang Allah anugerahkan ujian kesabaran dalam hidupnya.

Baru sadar ada kisah seperti ini? 
Mungkin karena dunia Anda dan dunia mereka berbeda.

dikutip dari status fb akh Abdul Rohman asy-Syukr

Sabtu, 18 Juli 2015

Dari Tulisan Aku Mengenalmu

Bismillaah,

Berawal dari tulisan, bisa jadi ada yang berhasil membuat sebuah karya, ataupun kajian besar bersama kawan-kawan pembacanya.

Berawal dari tulisan, bisa jadi ada yang mendapat hidayah, dan mengetahui jalan yang haq dari yang selama ini dijalaninya.

Berawal dari tulisan, bisa jadi ada yang mendapat tawaran pernikahan dari seseorang.

Semua berawal dari tulisan, maa syaa' Allah.

Begitu pula warisan-warisan terdahulu. Bukanlah yang diwariskan itu harta, atau sekadar bangunan dan budaya, namun ilmu yang tertuangkan dalam tulisan.

Maka bersiaplah engkau, wahai para penulis yang ikhlas.

Kelak kau bahkan mungkin akan mendapatkan aliran pahala dikala engkau tidur, karena tulisanmu yang bermanfaat. in syaa' Allah.

Maka jika Anda punya ilmu atau hikmah bermanfaat, jangan ragu tuk berbagi, tuliskanlah!

Selagi nama anda belum dituliskan di atas nisan.

***
Catatan: 
sang penulis di blog ini, melalui tes kemampuan dan potensi akademik baik tes tulis maupun tes online, diketahui memiliki keterbatasan di bagian linguistiknya. Dia saja berani mencoba menulis, Anda harusnya lebih mampu melampaui dia dong?

Bismillaah, in syaa' Allah sebentar lagi menulis skripsi! Semoga Allah mudahkan jalan saya dan jalan teman-teman saya untuk menempuh sisa-sisa waktu tingkat 3 tahun ini untuk menuju tingkat 4 sehingga kami semua bisa lulus dan wisuda tahun 2016. Aamiin

Bangil, 2 Syawal 1436 H

Jumat, 17 Juli 2015

Faidah Khutbah Sholat Idul Fitri 1436 H


Faidah khutbah Sholat 'id di Lapangan Stadion R. Soedrasono, Pogar, Bangil oleh Ustad Hisyam Al-Katiri, Lc:

Membahas pesan dari Malaikat Jibril ‘alaihissallam ketika datang kepada Nabi shalallahu’alaihi wa sallam (Hadits dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, diriwayatkan oleh ath-Thabrani, dihasankan oleh al-Albani dalam Silsilah al-hadits ash-Shahihah, no.831):

1. Silakan engkau hidup sesukamu karena engkau akan mati juga. 

maksudnya: hendaklah mempersiapkan diri seseorang yang tujuan akhirnya adalah kematian, dengan cara menyiapkan diri untuk sesuatu setelahnya (setelah kematian)

2. Cintailah siapapun yang engkau kehendaki, karena engkau pasti akan berpisah dengannya. 

maksudnya: cintailah siapa saja yang kita suka di antara makhluk, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. Maka jangan sampai kita menyibukkan hati dengan kesenangan-kesenangan dunia yang fana berupa istri, anak, harta dan selainnya dari hal-hal yang kita cintai. Karena itu semua, bisa jadi akan pergi dari kita, atau bisa jadi kita yang pergi darinya!
Maka sibukkanlah hati dengan mengingat Allah dan amal shalih yang dicintai Allah dengan mendekatkan pelakunya dengan-Nya. Karena hal itu akan menemani kita di alam kubur, sehingga tidak akan berpisah dengan kita

3. Berbuatlah sesuka hatimu, karena engkau akan diberi ganjaran.

maksudnya: berbuatlah sesukamu, berupa perbuatan yang baik maupun yang buruk, karena sungguh akhir kehidupanmu adalah kematian, lalu setelah kematian ada perhitungan dan pembalasan (di hari Kiamat).

4. Kemudian Jibril melanjutkan, "Wahai Muhammad! Sesungguhnya kehormatan seorang mukmin itu pada shalat malam, dan harga dirinya adalah ketika ia tidak membutuhkan (meminta-minta kepada orang lain).”

maksudnya: 
ketinggian dan kehormatannya adalah usahanya menghidupkan malam dengan merutinkan tahajjud di dalamnya, berdzikir dan membaca al-Qur’an. Dan ini adalah amalan yang paling agung dan paling mulia, yang dengannya seorang hamba menghadap Rabbnya karena shalat adalah amalan terbaik –setelah dua kalimat syahadat- yang dibawa seorang hamba menghadap Rabbnya.

Dan, bahwa kekuatannya, keperkasaannya dan keunggulannya dari orang lain adalah ketercukupannya dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadanya, dan ketidakbutuhannya terhadap apa yang ada di tangan manusia.

Kesimpulannya, faidah yang didapat adalah sebagai berikut:
-Peringatan agar tidak panjang angan-angan
-Mengingatkan kematian
-Tidak tertipu dengan berkumpulnya seseorang dengan keluarga, orang yang dicintai dan anak-anaknya
-Mengingatkan agar memanfaatkan umur untuk beribadah
-Anjuran agar menunaikan shalat malam/tahajjud

Wallahul muwaffiq,

Semoga Bermanfaat
Baarakallahu fiikum

Bangil, 1 Syawal 1436 H

Rabu, 15 Juli 2015

Hidayah dan Cinta

Lanjutan dari tulisan Ranting? Apalah Artinya,

Di mana ada pertemuan, pasti akan ada perpisahan. Di mana ada awal, pasti akan ada akhir. That’s life.

Ketika akhir sebuah perjalanan akan menjadi awal perjalanan yang lain, dan sebuah perpisahan akan menjadi pertemuan dengan sesuatu yang baru. And that’s more about life.

Di dalam hidup, banyak orang yang datang dan pergi
Allah telah menjumpakan kita dengan orang-orang yang Dia telah gariskan dalam catatan takdir.

Mereka pun datang silih berganti
Ada yang melintas dalam segmen singkat, namun membekas di hati.
Ada yang telah lama berjalan beriringan, tetapi tak disadari arti kehadirannya
Ada pula yang begitu jauh di mata, sedangkan penampakannya melekat di hati.
Ada yang datang pergi begitu saja seolah tak pernah ada.

Semua orang yang pernah singgah dalam hidup kita bagaikan kepingan puzzle yang saling melengkapi dan membentuk sebuah gambaran kehidupan
Maka sudah fitrah, bila ada pertemuan pasti ada perpisahan.
Di mana ada awal, pasti akan ada akhir.
Akhir sebuah perjalanan, ia akan menjadi awal bagi perjalanan lainnya.

Sebuah perpisahan, ia akan menjadi awal pertemuan dengan sesuatu yang baru… well, That’s life must be

(Rumaysho.com. Ada Pertemuan, Ada Perpisahan)

Sahabatku,

Selama hidup ini, sudah banyak saya menyaksikan dan mendengarkan, kisah-kisah yang luar biasa, terkait cinta.

Ada yang dulunya jauh bergelimang maksiat, jauh dari ibadah, jauh dari sunnah, namun seiring waktu, beliau berubah, karena bertemu dengan seseorang yang luar biasa, yang menumbuhkan benih-benih cinta, yang mengantarkannya pada hidayah Allah Azza wa Jalla.

Dari cinta, seseorang bisa berubah begitu jauhnya. Dan dari cinta, seseorang bisa berubah begitu jauhnya. Ada lagi yang lainnya, karena cinta, hilang sudah ilmu dan amal yang dulu telah ia mengetahuinya. Cintanya jatuh pada tempat yg salah. Menyebabkannya terombang ambing, pada fitnah dunia. 

Mungkin yang dahulu dicinta, yang menjadi penyalur hidayah itu kini pergi sudah.. pergi menghilang bersama gemerlap dunia.

Orang yang mencinta akan dikumpulkan bersama orang yang dicinta di akhirat kelak.

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

“Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”

Orang tersebut menjawab,

“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

“Kalau begitu engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”
(HR. Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639)

Yang kami harap, semoga persaudaraan kita tidak hanya di dunia, namun berakhir pula di jannah. Di dunia -selama hidup- semoga kita saling menghendaki kebaikan satu dan lainnya.

Maka pilihlah cinta, yang dapat mengantarkanmu pada kebaikan.

Dan semoga kita, bisa istiqomah dalamnya, hingga ajal menjelang.

“Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi 'ala diinik ”
“Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu."

Teruntuk saudara-saudara dan sahabat-sahabatku seiman, yang saya cintai karena Allah :)


Bangil, 28 Ramadhan 1436 H
Sambil mendengarkan kajian Ust. Armen Halim Naro rahimahullah, Untukmu yang Berjiwa Hanif

Ranting? Apalah Artinya

Lanjutan dari tulisan Harap yang Kadang Tak Terungkap,



Hidayah itu seringnya malah didapatkan orang lain dari hal-hal kecil.

Bahkan hanya dari lembutnya perkataan,
Bahkan hanya dari sekadar senyuman terbaik,
Bahkan hanya dari memberi minum seekor anjing,
Bahkan hanya dari pemberian kecil seorang sahabat,
Bahkan hanya dari wanginya kamar mandi masjid,
Bahkan hanya dari mengeluarkan lalat yg tercelup di air,
Bahkan hanya dari melihat seseorang sedang sholat di rerumputan hijau di pinggir jalan,
dsb.

Maka tak selayaknya seorang muslim meremehkan kebaikan-kebaikan kecil yang mungkin dengannya menjadi jalan hidayah bagi orang selainnya.

Dan dengannya pula mengantarkan diri mendapat ridhaNya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,

مَرَّ رَجُلٌ بِغُصْنِ شَجَرَةٍ عَلَي ظَهْرِ طَرِيقٍ فَقَالَ وَاللهِ لأُنَحِّيَنَّ هَذَا عَنْ المُسْلِمِينَ لَا يُؤذِيهِمْ فَأُدْخِلَ الجَنَّةَ

“Ada seorang lelaki berjalan melewati ranting pohon yang ada di tengah jalan, lalu dia berkata,

‘Demi Allah, sungguh aku akan singkirkan ranting ini dari kaum muslimin agar tidak menganggu mereka.’

Akhirnya orang tersebut dimasukkan ke dalam surga.”
(HR Muslim no 4744. Penomoran via lidwa)

Bangil, 28 Ramadhan 1436 H

Bersambung

Harap yang Kadang Tak Terungkap

Lanjutan dari tulisan Bunga,

Pernah berkata seorang akhwat,
"Yan, kenalin dong sama temenmu. Kan temenmu banyak jilbab lebar gitu."
Tiba-tiba orang itu berkata seperti itu.
Beliau memang masih tampil 'kayak gitu'. 
Tapi dari kata-katanya menyimpan harapan yang tak terungkap.

Pernah suatu ketika, saat saya masih begajulan,
datang ke sebuah pengajian,
namun yang ada malah tatapan tak mengenakkan,
memang mungkin penampilan masih kurang meyakinkan,
namun saya datang untuk belajar wahai kawan...

'Mereka' pun sesungguhnya ingin bertaubat,
tapi bukannya mencoba tuk mendekat,
namun kenapa Anda malah melaknat?

Teringat sebuah nasehat:
Jangan pernah menilai seseorang dengan melihat masa lalunya. Betapa banyak diantara kita yang memiliki masa lalu yang kelam, jauh dari sunnah, jauh dari hidayah, tenggelam dalam dunia yang menipu, terombang-ambing dalam kemaksiatan yang nista.
Bukankah banyak sahabat radhiallahu 'anhum yang dahulunya pelaku kemaksiatan, peminum khomr, bahkan pelaku kesyirikan? Akan tetapi tatkala cahaya hidayah menyapa hati mereka, jadilah mereka generasi terbaik yang pernah ada di atas muka bumi ini.
Bisa jadi anda salah satu dari mereka para ikhwan/akhwat yang memiliki masa lalu yang kelam. Yang mungkin saja kebanyakan orang tidak mengetahui masa lalu kelam Anda. Sebagaimana Anda tidak ingin orang lain menilai Anda dengan melihat masa lalu kelam Anda. Maka janganlah Anda menilai orang lain dengan melihat masa lalunya yang buruk.
Yang menjadi patokan adalah kesudahan seseorang. Kondisinya tatkala akan meninggal. Bukan masa lalunya. Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda "Amalan-amalan itu tergantung akhirnya"
(Ustadz Firanda Andirja)
Ada seorang muslimah dikenal, yang dulunya tidak berjilbab, lalu perlahan berjilbab 'biasa', lalu perlahan menjadi berjilbab lebar syar'i, dan sekarang berjilbab syar'i plus bercadar.

Ada seorang muslim dikenal, yang dulunya isbal, lalu beberapa lama perlahan melipat kain celananya, dan sekarang sudah memotong bagian bawah celananya hingga tidak isbal lagi.

Ada seorang muslimah dikenal, yang dulunya masih suka joget-jogetan, celana panjang ketat dan jilbab modis, tapi semakin kesini, semakin berpakaian longgar sopan, jilbab semakin syar'i, lagu-lagu ditinggalkan dan makin gemar membersamai Qur'an.

Ada seorang muslim dikenal, yang dulunya suka jepret jepret jelalatan, juga pacaran, namun semakin kesini, meninggalkan, menggantinya dengan kitab dan Quran, dan semakin rajin mempelajari peninggalan-peninggalan ulama-ulama luar biasa sepanjang zaman.

dsb.

Luarnya saja?

Alhamdulillah, tidak.

Semakin kesini, mereka semakin baik dari penampilan, ilmu, dan akhlak.

Yang dulunya mungkin dikenal dengan ahli maksiat, perlahan memperbaiki menjadi insan yang menyejukkan bila dipandang.

Saya percaya adanya proses menuju kebaikan.

Sedikit demi sedikit, namun kontinu, itu lebih menenangkan.
Mulailah dari diri sendiri, dari yang kecil, dari sekarang.

Semoga engkau akan menjadi lebih baik, saat kita bertemu lagi kelak.

Kamu berproses kan?

Selama kita masih hidup, pintu taubat masih terbuka, dan Allah Ta'ala akan mengampuni segala dosa, meski dosa kita bagai buih di lautan.

Syaratnya? Hanya perlu taubatan nasuha. Taubat dengan sesungguh-sungguhnya taubat. Taubat dengan kesungguhan hati.

Bertaubat, selagi masih belum terlambat.

Dan bantulah mereka-mereka yang ingin menjadi lebih baik. Siapa tau, darinya Anda akan mendapat hujan pahala yang tak pernah terputus.

Semoga Allah Ta'ala berikan taufik dan hidayahNya.
Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Bangil, 28 Ramadhan 1436 H

Bersambung

Bunga


Tiap orang memiliki kekaguman,
Ada yang hanya disimpan di tempat terdalam,
Ada yang disampaikan untuk berusaha mendapatkan,
Ada yang hanya sebatas menjadi sosok pembentuk semangat,
Hingga ada yang menjadikan sebagai standar idaman.

Tiap orang punya cara mengungkapkan kekaguman,
Ada yang mencoba menapaki jejak sang pujaan,
ada yang mencari cari jati diri sesungguhnya dari sosok impian,
Di ujung jalan kekaguman, terkadang berubah menjadi jalan cinta kecemburuan,
Berbunga bunga jika ternyata yang dikagumi memberi respon,
Hingga cemberut dan bete kala yang dikagumi merespon yang lainnya.

Tiap orang memiliki kekagumannya,
ada yang menjadi baik karenanya,
pula ada yang jatuh ke jurang bersamanya,
Maka berdoalah agar kekaguman anda membawa kebaikan di dunia dan akhirat.

Terinspirasi dari obrolan ringan bersama beberapa kawan
Ditulis di Bangil, 28 Ramadhan 1436 H

Bersambung

Minggu, 12 Juli 2015

Hidup Normal

Saking bingungnya mau nulis apa, di saat lagi mau nulis, akhirnya muncul-lah sebuah ide untuk menuliskan tentang hidup saya yang sangat-sangat normal akhir-akhir ini. Ya, Hidup Normal. Well, memang nggak menarik sih. Hidup normal? 

Buat kalian, mungkin nggak ada yang menarik dari Hidup Normal. Tapi, Hidup Normal adalah momen yang sudah lama sangat saya rindukan.

Alhamdulillah, saya sedang menikmati tinggal bersama keluarga. Setiap hari istirahat di rumah. Benar-benar menyenangkan. Alhamdulillah. Entah berapa kali, saya akan terus mengucapkan Alhamdulillah dan Alhamdulillah.

Emang, sebelum-sebelumnya kemana Ryan?

Saya nggak kemana-mana. Di sini-sini aja

Kalau dihitung-hitung, seperti sudah 3 tahun nggak tidur di rumah setiap hari (Saya yakin, banyak temen-temen lain yang lebih lama tidak tidur di rumah)

Di hari terakhir kuliah, saya langsung lepas landas ke Bangil. Dan, sejak itu saya semakin merindukan saat-saat tidur di rumah. Ya.. kuliah selesai, saya memang mendapatkan waktu normal selama di Bangil, tidur malam dan pagi bangun. Waktu normal yang tidak saya dapatkan di masa-masa kuliah. Meskipun beberapa hari lalu, saya masih membawa kebiasaan buruk selama di Jakarta, malam bangun, pagi juga bangun, singkatnya nggak tidur seharian.

Hidup Normal seperti ini, bagi saya adalah nikmat yang luar biasa. Saya menikmati masakan mama saat sahur dan berbuka. Menyapa dan disapa tetangga, mengantarkan makanan ke rumah-rumah tetangga, dapet makanan dari tetangga, dikatain ganteng sama tetangga, mau dijodohin sama tetangga (yang terakhir cuma bercandaan kayaknya, haha). Shalat berjamaah dengan Mama, Papa, dan Adik. Cerita banyak hal dan tertawa dengan mereka, sampai akhirnya tidur lelap. Setiap hari... Setiap hari... Setiap hariiiii...

Saya juga punya adik laki-laki (sekarang). Kemarin dia lagi galau mau kuliah dimana, dia diterima di Politeknik Negeri Malang dan Sekolah Tinggi Teknik Nuklir-BATAN Yogyakarta (ga kebayang kalo dia sampai nyiptain senjata nuklir :v), sempat gagal di SBMPTN juga. Tapi sekarang dia sudah mantap kuliah di STTN-BATAN di Yogyakarta. Artinya, Mama dan Papa di rumah akan kesepian lagi, ditinggal dua anaknya yang merantau ke tanah orang. Setelah liburan berakhir, rasa rindu ke rumah sepertinya akan meningkat berkali-kali lipat dari biasanya :'

Saya juga bersenang-senang dengan sahabat-sahabat saya. Ahh.. membicarakan dan menertawakan banyak hal. Saya kembali bisa tertawa yang membuat saya tidak ingin berhenti. Bebas ngobrol apa saja. Menertawakan apapun. Mengalir begitu saja. Melepaskan semua masalah.

Ahh iya satu lagi. Makanan. Haha, tentu saja, dengan harga lebih murah dan rasa lebih enak. Wah, saya gendut? Well, belum ada perubahan, masih langsing-langsing aja, meski udah makan banyaaaaak di sini, mungkin gara-gara kurang tidur teratur kali ya. Ahh, semua serba enak disini. Saya masih punya banyak waktu untuk kuliner, jadi tidak perlu terburu-buru.

Macet? Apa itu macet? Alhamdulillah di sini tidak pernah macet. Ya mungkin karena Bangil adalah kota yang lurus-lurus saja (1 jalan utama). Tapi yang perlu diwaspadai di jalanan sini adalah kendaraan-kendaraan besar yang buas dan siap menerkam mangsanya apabila kita tidak berhati-hati dalam berkendara. Namun, saya bersyukur karena masyarakat disini cukup sadar diri untuk tertib berlalu lintas.

Apa semua berjalan lancar? Yang tidak lancar pun juga ada. Tidak enak juga ada. Saya nggak perlu menulis sesuatu yang nggak enak. Karena yang nggak enak di sinipun, saya rasakan juga di tempat lain. Jadi, kalau bahas yang nggak enak aja, nanti yang enak-enak jadi nggak berasa enak, hehe.

Inilah, Hidup Normal bagi saya.  Ketika saya bisa bersama dengan keluarga, sahabat dan orang yang kita sayangi. Menjalani aktivitas sehari-hari dengan tenang. Yakin, tidak ada apapun yang tidak bisa dihadapi karena kita tidak sendiri. Bagian dari hidup normal saya bukan berarti tidak ada masalah loh ya. Tapi apapun masalah itu, ya dinikmati saja. Enjoy~

Jadi, ketahuan deh ya, kenapa saya jadi jarang nulis akhir-akhir ini? Yaa, karena saya sedang sangat menikmati hidup normal ini. Saya baik-baik saja, dan bahagia. Bahagia itu sederhana, bukan? Semoga Kalian juga bahagia dengan apapun yang kalian jalani saat ini ya.

Selamat Hidup Normal! Dan.. jangan lupa bahagia! :)

Senin, 06 Juli 2015

Rumah

"Bagi saya, rumah adalah mereka. Karena mereka adalah tempat saya pulang. Karena, orang terbaik buat kita itu seperti rumah yang sempurna. Mereka yang selalu melindungi kita, menawarkan kenyamanan, dan menanam kebahagiaan. Mereka lah keluarga. Mereka lah, Mama, Papa, dan Adik laki-laki saya" - Koh
Papa dan Mama telah ikhlas menjalani semua hidup ini. Bonus hidup tak terhingga, yang mereka lakukan sekarang adalah  menunggu di sebuah rumah yang dibangun dengan hasil keringat yang telah senja, menunggu petang dan malam. Tujuan kedua orang tua saya bersusah payah membangun rumah ini adalah wadah supaya keturunannya berkumpul melebur rindu satu sama lain.

Supaya anak dan cucu mereka tahu jalan pulang ke rumah...

Itulah niat baik Papa...

Itulah wujud cinta kasih Mama...



Waktu mungkin telah berubah banyak hal dalam dunia, tapi cinta Papa dan Mama tidak pernah berubah, mereka selalu menceritakan bagaimana yang terjadi selama saya berada di tanah orang, tak bosan pula mereka mendengarkan celotehan anaknya yang bahkan menelepon mereka saja jarang-jarang, duh dari cerita itulah saya memahami cinta sesungguhnya. 

Meski Papa, banyak diam kini, dia lebih asyik di depan televisi sambil sesekali makan keripik singkong rasa balado. Sedangkan Mama duduk di samping Papa menemani sang suami tercinta. Masa tua yang indah.. tapi, mereka tidak bisa berbohong, meski ada saya dan adik. Kerinduan besar tersimpan rapat di hati Mama dan Papa.

Mereka... menunggu pintu diketuk, lalu... mendapatkan anak mereka di daun pintu...

menunggu anak-anak mereka agar bisa dipeluk...

menunggu cerita anak-anak tentang dunia...

Menunggu anak-anak mereka untuk makan bersama dalam satu hidangan, sambil bercengkerama bermacam hal...

Menunggu untuk tertawa bersama...

Menunggu untuk dicintai lagi, seperti ketika cinta anak-anak mereka pada saat belum terbagi dengan kesibukan kuliah dan berbagai kesibukan dunia... Ketika cinta anak-anak mereka saat masih ingusan, perasaan dibutuhkan sang anak seperti mereka masih berseragam putih merah... seperti ketika anak-anak mereka duduk rapi dengan hidangan untuk berbagi makanan, dengan muka penuh cinta...

Ma, Pa.. Ryan sudah di rumah sekarang.. :')

Bangil, 20 Ramadhan 1436H