Beberapa hari lalu saya melewati jalan padat di daerah Pasar Baru. Lalu lintas bergerak lambat, padat merakyat. Laju kendaraan pelan dan menyulitkan kita untuk menyalip dari kiri atau kanan. Motor yang saya kendarai persis di belakang sebuah mobil pick-up penuh barang dan tetutup terpal. Kedua sisi terpal agak melembung, sehingga saya pikir sang pengemudi tidak bisa memantau lewat kaca spion baik kiri maupun kanan. Kaca spion tengah pasti sudah mustahil. Semuanya tertutup barang. Yang menarik perhatian saya ada tulisan JAGA JARAK.
Jaga jarak adalah sebuah instruksi atau ajakan. Kalau ingin aman maka harus mengatur agar ada jarak yang cukup antara kendaraan kita dan yang berada di depannya. Bila kita kurang waspada bisa terjadi tubrukan. Dikatakan tubrukan karena kita yang di belakang dianggap menubruk dari belakang. Karena tabrakan adalah pertemuan dua kendaran dalam kecepatan yang tak terkendali sama dari depan. Tubrukan maupun tabrakan sama berakibat buruk.
Bila ingin cari aman maka perlu jaga jarak. Dalam kehidupan bersama juga perlu atur jarak tertentu sehingga kita mampu mengevaluasi hubungan antara beberapa pihak. Karena dalam jarak yang memadai, ada jeda yang cukup untuk tetap maju atau hanya berdiam diri.
Jakarta, 18 Oktober 2014
Masih dalam keadaan setengah sadar akibat kurang tidur selama 2 hari berturut-turut
trims untuk nasehatnya jadi lebih ati ati
BalasHapus