Aku berlari bebas mengejar mentari
Berputar-putar tak jelas
Aku biarkan kaki ini mengejar matahari
Ke pantai
Ke gurun atau
Ke gunung
Tak peduli aku berlari sampai mana dan sampai kapan
Tak ada yang mengikatku
Tak ada yang menungguku
Hanya aku, alam dan Tuhan
Dalam sebuah jeda waktu
Jeda dalam pengertian bahasa Indonesia adalah waktu istirahat, waktu berhenti sebentar, hentian sentar dalam ujaran. Saya mengambil sebuah jeda dalam hidup ini. Sejenak saja. Mengistirahatkan pikiran, mengistirahatkan tubuh, mengistirahatkan hati.
Jeda bagiku adalah hadiah. Hadiah dari sebuah keberanian melepaskan sebuah kepenatan. Jeda itu sendiri memiliki arti sendiri bagi setiap individu. Menurut saya setiap orang membutuhkan jeda dari segala aktivitasnya. Anak sekolah butuh jeda yaitu waktu istirahat pada jam 9 pagi dan jam 12 siang bilamana mereka bersekolah hingga pukul 2 siang. Para karyawan juga mendapatkan jeda dari pekerjaannya yaitu jam 12 siang, 1 jam dari 8 jam kerja yang mengikat mereka demi pundi-pundi uang setiap bulan. Ibu rumah tangga pun membutuhkan jeda dari kesibukannya mengurus rumah, anak dan keuangan rumah
Jeda milik saya sendiri adalah jeda dari suatu rutinitas, melupakan sejenak rutinitas kuliah. Jeda yang biasa disebut dengan “me time”. Jeda dari bangun pagi terpogoh-pogoh, berburu dengan kemacetan atau padatya jalanan Ibukota.
Saya mengambil sebuah jeda untuk berhenti sebentar dari segala aktivitas rutin. Jeda yang diambil dengan sedikit keberanian. Menikmati hari libur lebaran dengan menyatu bersama alam. Jeda yang satu ini bisa saya namakan "Ekspedisi 3 Pesona Jawa Timur".
Dalam waktu jeda ini kupasrahkan langkahku menuju 3 destinasi wisata alam yang sungguh memikat hati, entah apa alasan saya memilih 3 tempat itu, entah mengapa saya harus melangkahkan kaki saya ke 3 tempat tersebut. Mulai dari Pantai Tanjung Papuma di Jember, Teluk Hijau di Banyuwangi, dan Gunung Bromo di Probolinggo. Entahlah, apapun itu mereka tetap mampu memikat hati saya.
Pantai Tanjung Papuma, Jember
Pantai Papuma tidak bedanya “surga” bagi kalangan wisatawan. Selain menyajikan berbagai panorama menenangkan, suatu negeri kecil yang menjorok ke laut di pantai selatan Jawa Timur juga menyimpan berbagai flora dan fauna tropis khas. Siapapun yang telah mengunjungi pantai landai berpasir putih tidak pernah bosan untuk menikmatinya. kondisi geografis yang stabil, bahkan membuat daerah wisata ini bisa dinikmati dalam cuaca apapun, baik di musim kemarau dan selama musim penghujan tiba.
Hutan dan kawasan wisata pantai yang memiliki luas wilayah 50 hektar terletak di Kecamatan Ambulu dan Wuluhan, Kabupaten Jember. Pantai Papuma sendiri merupakan singkatan nama sebagai terbentuk dari Pasir Putih Malikan. Kata “tanjung” ditambahkan di depannya, untuk menggambarkan posisi pantai yang menjorok ke laut barat daya daerah. Selain pantai, hutan terletak di sisi lain juga jadi ini daya tarik wisata.
Ketika Tanjung Papuma dalam kondisi gelombang yang cukup tenang. Permukaan laut kelihatan hijau kebiru-biruan selalu mengundang setiap pengunjung untuk berenang atau hanya menyentuh kaki riak gelombang rolling ke pantai. Selama waktu itu, setiap wisatawan tergoda untuk melayarinya. Lebih dari itu, pasir putih yang sangat halus dan tidak pernah meninggalkan rasa gatal di kulit juga dapat menjadi magnet bagi wisatawan untuk menyukai Tanjung Papuma.
Memang, hati kita akan lebih puas menikmati Pantai Tanjung Papuma, ketika kita berlayar teluk dengan perahu nelayan. Terutama, ketika ombak yang ramah, kita juga dapat mendekati beberapa atol (pulau karang), yang terletak sekitar dua mil dari pantai ke tengah teluk. Dari kejauhan pulau-pulau tanpa penghuni tampak seperti kodok raksasa. Tapi ketika kita mendekati, ia adalah sebuah pulau ciptaan yang menakjubkan.
Keindahan panorama atol-atol di sekitar Pantai Papuma akan lebih indah bila dilihat dari Sitihinggil, sebuah menara di atas bukit di ujung barat Tanjung Papuma. Menara ini sengaja dibuat oleh Perhutani sebagai tempat untuk wisatawan melihat panorama seluruh Pantai Papuma, serta sebagai pos pemantauan keamanan dan hewan-hewan yang ada di wilayah tersebut. Dari sana semua pengunjung dapat menikmati pemandangan sekelompok pulau karang kecil. Pulau karang itu, semuanya memiliki sebutan sendiri. Setiap judul menggunakan nama-nama dewa dalam dunia wayang: Guru, Kresna, dan Narada. (sumber)
Teluk Hijau, Banyuwangi
Teluk hijau, begitu kita mendengar seseorang mengucapkan kata ini akan langsung terbayang oleh kita, kenapa dikatakan berwarna hijau, bukankah kebanyakan laut berwarna biru. Berlokasi di Kabupaten Banyuwangi bagian Selatan, tepatnya di Kecamatan Pesanggaran di antara Pantai Rajagwesi dan Pantai Sukamade, anda akan menemukan keindahan pantai yang benar-benar natural, Teluk Hijau (Green Bay). Di sinilah kita akan melihat eksotisme tersendiri dari wisata ini. Disebut Teluk Hijau karena memang kita akan dimanjakan dengan teluk yang memang akan tampak berwarna kehijauan, dengan pasir putih nan alami dan air terjun setinggi 8 meter.
Teluk Ijo, demikian penduduk sekitar menyebut teluk ini memiliki semua keindahan alami yang menenangkan yang selama ini kita cari. Dikelilingi hutan alami yang asri, kicauan burung yang bernyanyi berpadu dengan hembusan angin dan suara ombak diantara bebatuan seakan seperti orchestra alam tersendiri yang akan menenangkan jiwa dan pikiran kita, dari penatnya rutinitas sehari-hari.
Jika kita ingin menuju Teluk Hijau, kita cukup mengikuti penunjuk jalan menuju Sukamade atau Rajagwesi. Letak Teluk Hijau tak terlalu jauh dari pemukiman penduduk yang paling akhir di daerah Rajegwesi, jadi jika kita membawa kendaraan pribadi lebih kendaraan tersebut kita titipkan ke penduduk. Lalu, perjalanan kita lanjutkan dengan berjalan kaki. Namun, jika anda ingin lewat jalur laut, maka dari tempat pintu masuk Teluk Hijau Anda hanya perlu menyewa perahu dari pantai Rajagwesi langsung menuju Teluk Hijau dengan biaya sekitar 300.000,- (sumber)
Gunung Bromo, Probolinggo
Gunung Bromo di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki keunikan dengan pasir laut seluas 5.250 hektar di ketinggian 2392 m dpl. Anda dapat berkuda dan mendaki Gunung Bromo melalui tangga dan melihat Matahari terbit. Lihatlah bagaimana pesona Matahari yang menawan saat terbit dan terbenamnya akan menjadi pengalaman pribadi yang mendalam saat Anda melihatnya secara langsung.
Gunung Bromo berasal dari kata Brahma (salah seorang Dewa agama Hindu). Bromo merupakan gunung api yang masih aktif dan terkenal sebagai icon wisata Jawa Timur. Gunung ini tidak sebesar gunung api lainnya di Indonesia tetapi memiliki pemandangannya yang spektakuler dan dramatis. Keindahannya yang luar biasa membuat wisatawan yang mengunjunginya akan berdecak kagum.
Dari puncak Gunung Penanjakan di ketinggian 2.770 m, wisatawan dari seluruh dunia datang untuk melihat sunrise Gunung Bromo. Pemandangannya sungguh menakjubkan dan yang akan Anda dengar hanya suara jepretan kamera wisatawan saat menangkap momen yang tidak bisa didapatkan di tempat lain. Saat sunrise sangat luar biasa dimana Anda akan melihat latar depan Gunung Semeru yang mengeluarkan asap dari kejauhan dan matahari bersinar terang naik ke langit. Namun sayang sekali saya tidak sempat menangkap momen-momen tersebut, mungkin bukan hanya saya saja, tapi juga beberapa pengunjung lainnya karena kondisi langit saat itu mendung dan berkabut sehingga momen sunrise yang sudah dinantikan terpaksa dilewatkan.
Setelahnya kita bisa menikmati hamparan lautan pasir luas, menyaksikan kemegahan Gunung Semeru yang menjulang menggapai langit, serta menatap indahnya Matahari beranjak keluar dari peraduannya atau sebaliknya menikmati temaram senja dari punggung bukit Bromo adalah pengalaman yang takkan terlupakan saat menyambangi Bromo. (sumber dengan beberapa perubahan)
bersama mas Eko, guide gunung Bromo
"Semuanya akan terasa indah, apabila kita jalani dengan ikhlas. Sebab, pekerjaan paling susah bagi manusia adalah mensyukuri segala nikmat Tuhan. Bukan soal nilai rupiah, lebih dari itu bagi saya. Ini soal hakikat. Melalui perjalanan ini, saya ingin belajar pada alam. Karena alam yang natural, yang selalu memberikan petikan nilai-nilai tentang kehidupan.
Karena setiap langkah adalah karya, karena setiap nafas adalah makna. dan di setiap pikiran selalu ada wacana. Karena alam ciptaan-Nya ini sungguh indah, seindah-indahnya gradasi warna dalam batas cakrawala" - Anonymous
0 komentar:
Posting Komentar