Hari Kamis kemarin dua orang kawan tiba-tiba dateng ke tempatku, nggak enaknya mereka dateng pas saya lagi makan mie ayam, kesannya lagi susah banget saya, belum tanggal tua udah makan mie aja, hehe. Mereka adalah Rizky dan Firza, Rizky ini sahabat kecil saya dari TK hingga sekarang, dari TK, SD, SMP, SMA kami selalu satu sekolah, sedangkan Firza sahabat dari SMA, namun keberadaannya seperti sudah lama sekali. Kebetulan kamar sebelahku juga ada kawan lama, sahabat sedari SD hingga kuliah di STIS, Aam namanya, yang ini lebih ekstrem lagi, dari SD, SMP, SMA, kuliah, sampai kost pun sama. Bahkan kami berempat pun berada dalam satu klub futsal yang sama, Futsal van Java.
Kawan lama yang datang ini keduanya dari PTK tetangga, STAN, kesibukan masing2 ngebuat kita gak bisa keep in touch sesering dulu ketika SMA, tapi gimana2 mereka adalah dua orang kawan yang gak ada duanya. Unik, gak bisa disamain dengan siapapun, dan dalam banyak hal kita seperti kancing baju dengan lubangnya, saling ngelengkapin, ngerasa ada dalam satu jalan pikiran (weisss, tenang..., saya masih normal!).
Lama gak ketemu mereka masih aja kayak dulu. Pria-pria sederhana, bener2 apa adanya, yang menurutku hampir semua seragam, dan masih sama2 jomblo. Itu semua yang kadang ngebuat kita tetep bisa 'nyambung' dalam setiap obrolan, karena mereka dan kami, kurang lebih sama. Kocak, mblendes, koplak, kesan yang ada waktu itu. Kita ngobrol kesana kemari, sesekali nonton anime, eh nggak sekali, berkali-kali sih. Bertukar cerita dan pengalaman masing-masing ketika berada di perguruan tinggi kedinasannya masing-masing. Mereka dari STAN dan kami dari STIS. Banyak sekali hal-hal konyol ala kami yang sudah lama tidak saya dengarkan akhirnya bisa kami nikmati kembali bersama-sama. Ahh, indahnya masa muda..
Tak cukup hanya bincang-bincang kesana kemari, kami pun tak mau melewatkan waktu yang langka ini bersama-sama hanya untuk berceloteh saja. Sore hari, kami meluncur menuju Monas ditemani rintik air yang jatuh dari gumpalan awan hitam di langit. Lantas mengapa kami memilih Monas? ya, karena dari kami berempat, Firza belum pernah kesana sama sekali. Sampai di sana kegiatannya sudah jelas, foto-foto. Cuma, ini adalah foto-foto yang paling repot menurut saya. Niat foto bareng dengan syarat monasnya harus kena foto secara utuh, karena nggak ada yang motretin dan nggak ada yang mau dipotret sama orang lain, akhirnya kami mencari ide agar bisa dipotret secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Dari situlah kami menemukan inovasi baru, ransel pod, potret pake timer di atas ransel -.-
Dari kiri ke kanan: Firza, Saya, Aam, Rizky
(Arek mBangil nang Monas)
Menjelang maghrib kami singgah sebentar untuk menjalankan sholat Maghrib dan Isya' di Masjid Istiqlal. Dan akhirnya, perjalanan kami ditutup dengan troll dari penjual ketoprak, ini adalah kali pertama kami makan ketoprak tanpa tahu, hanya isi lontong, kerupuk, dan tauge dengan siraman bumbu kacang. Mungkin kami salah pesan, bukan pesan Ketoprak, tapi pesan Ludruk. Yah, setidaknya di sela-sela libur pasca UTS, di saat teman-teman yang lain pulang kampung untuk bertemu keluarga dan sahabat-sahabat mereka di kampung mereka. Saya masih bisa merasakan aroma kampung halaman bersama kawan-kawan sekampung dan seperjuangan..
0 komentar:
Posting Komentar