Sabtu, 07 Juni 2014

Hari Ini dan Berikutnya...

Pagi ini serasa penuh dengan sampah kemarin. Ingin membuang semua sampah itu hari ini. Melunasi kewajiban yang tertunda dan tak lagi menjadi batu di pikiran yang selalu menghambat jalannya air pikirku. Oh, betapa manusia mencintai yang namanya ‘melunasi kewajiban’. Kerap kali jadi benalu di otak dan menggerogoti saraf. Melunasi kewajiban untuk melunasi hidup saat ini. Untuk apa? untuk hidup.

Sekarang aku berada di ruang yang tenang. Mencoba mengulang kembali yang telah aku lunasi, dengan meninggalkan sedikit rasa bersalah. Dalam benak tanya tertahan, apakah sudah maksimal hasilku? cukup sudah. Telah aku mencoba dengan caraku. Mulai kasihan dengan otakku yang berat sebelah, beberapa jalan mulai menjadi telusur waktuku hingga malam menjemput. Sudut-sudut kota menampilkan aktivitas yang bersahaja; terulang meski kadang membosankan. Tetapi bosan itu perkara rasa dan waktu. Saat ini rasaku tersenyum menatapnya, waktu juga tak lekang mengulangnya. Melintasi depan pasar tradisional yang menyimpan sejarah. Ada masa lalu yang begitu lekat didalamnya. Entah sisinya yang kelam akan ruang yang berbeda dari sekitarnya yang penuh dengan bangunan megah yang menohok langit. Entah karena orang selalu mengunjunginya tanpa harus merasa bahwa masa lalu itu lekat. Dimensi yang berbeda menurutku; bisa berada dalam waktu yang berdekatan dengan masa lalu dan masa sekarang. Tanpa mempermasalahkan usang dan kumuhnya tempat itu, toh masa sekarang sajalah yang dinikmati pembelinya. Meski rubuhnya entah kapan, tak ada yang peduli. Entah kapan itu terbakar, semua berjalan kedepan.

Melihat-mengamati semua yang ada-meresapi semua bentuknya dalam aliran pikirku, melahirkan senyumku yang tak henti. Jalan yang panjang dan bersisian ini mengungkapkan bentuk lain pula. Betapa semrawutnya jalan aspal ini, meski lorong kecil, tempat tikus sekalipun, semua arah itu menuju kepada siapa dirimu akan pulang. Semampet-mampetnya jalan itu, betapapun kau tersesat, jalan itu penunjuk arahmu pulang. Ingat, jalan tak akan membuatmu tersesat. Jalan hanya kadang membawamu menuju tempat yang asing. Setelah itu akan selalu ada jalan bertemu tujuan.

Mengukur kota selesai, saatnya bertemu teman yang menunggu tuk berbagi tawa. Tetapi aku juga merindukan rumah. Apa gerangan yang dilakukannya saat ini..

0 komentar:

Posting Komentar